25 Jam di Solo



Beberapa minggu yang lalu gw (akhirnya) berkesempatan untuk menginjakan kaki di kota Solo (payah deh udah muter2 sampe ke Sulawesi tapi ke Solo aja baru pertama kali ;p). Jujur, gw selalu penasaran sama kota ini, pengen banget main-main ke sana dari jaman dulu. Dan konon katanya kakek dari pihak ibu masih punya keluarga di sana, tapi yah udah enggak tau pada kemana. Jadi aja akirnya diberikan kesempatan dalam rangka konsinyasi (d*mn kapan yah gw liburan beneran?!), yah... Alhamdulillah juga yang penting intinya bisa menginjakan kaki di Solo.

Berhubung acara kali ini adalah konsinyasi, jadi aja waktu yang diberikan enggak panjang-pangang amat. Bahkan dari jadwal tiket yang gw pengang, kurang lebih gw dan tim hanya akan berada di Solo sekitar 23 jam. Pertama kali nyampe di bandara Adi Sumarmo tim kami langsung dijemput tuan rumah dan di bawa ke hotel. Setelah itu acaranya presentasi sampe sore. Nah... setelah acara selesai itulah tim kami baru bisa mencuri-curi sedikit waktu untuk muter-muter kota Solo (walau enggak keliatan apa-apa lagi soalnya dah malem). Banyak juga referensi lokasi jalan-jalan yang dikasih teman-teman mulai dari pasar Klewer sampe nasi liwet. Berhubung perginya sama di ibu, jadi aja kami ikut kemana maunya ibu ;p.

Tujuan pertama kami adalah kampung batik Lawean (menurut bapak supir taksi, toko batik yang masih buka sampai malam ya cuma di Lawean). Sebenernya gw lebih semangat untuk hunting foto para pengrajin batik, tapi tengah malem mana ada yang mbatik. Ternyata eh ternyata toko-toko batik di Lawean beberapa buka 24 jam, jadi tim kami keluar masuk beberapa toko untuk memilih oleh-oleh sampai lewat tengah malam. Salut juga sama semangatnya para ibu, sementara gw sama mase udah ngedeprok di lantai toko karena kecapean. Perburuan batik malam itu ditutup dengan makan malem (banget) di nasi liwet.

Besok paginya mengisi waktu sampai keberangkatan, tim kami kembali berburu batik. Rencananya kami akan pergi ke pasar Klewer, tapi berhubung hari minggu itu adalah car free day, kami terpaksa berputar dan lagi-lagi terdampar di Lawean. Karena masih pagi, lagi-lagi gw tidak bisa bertemu dengan pembatik, alhasil cuma bisa ngobrol sama mba penjaga toko mengenai motif-motif batik. Toko-toko di Solo tidak hanya menjual batik khas solo tapi juga batik dari daerah-daerah lain seperti pekalongan. Ternyata kalo dilihat-lihat motif batik Solo lebih klasik dibanding daerah lain. Dan ternyata sebagian besar motif tradisionalnya udah pernah gw lihat di lemari koleksi batik milik mbah ti.

23 jam di Solo ternyata bisa bikin gw nyaman dengan kota ini, homy dan orangnya ramah-ramah. Kapan-kapan boleh lah mampir lagi ke kota ini ;p nah! sampai di bandara tim kami dapet bonus ekstra 2 jam di Solo karena penerbangannya delayed :))

Comments

Popular Posts