(Akhirnya) Ke Jepang Juga
Negara mana yang ada di benak mu saat pertama kali terbersit niat untuk memiliki buku hijau kecil bernama paspor?
For me it's Japan.
Dari sejak belum kepikiran untuk bikin paspor, dari sejak (akhirnya) ikut-ikutan bikin paspor, dari sejak punya paspor warna lain, sampai akhirnya si paspor hijau kadaluarsa. Cita-cita gue cap pertama di paspor adalah Jepang. Dan ajaibnya kesampaian. Cap pertama, di paspor hijau ke dua, Jepang.
Itinerary Ambisius
Setelah tiket ada di dalam genggaman, tentunya tahap selanjutnya para traveler adalah membuat itinerary. Demikian juga dengan kami. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam di salah satu kafe yang pasti dikenal siapa saja, terciptalah beberapa lembar excel rencana perjalanan kami. Hampir semua orang yang membacanya bilang itu adalah itinerary ambisius. 3 hari di Tokyo, 3 hari di Kyoto, 2 1/2 hari di Osaka, dan 1/2 hari di Nara. Ha!
Pertama kali kaki kami menginjak Jepang adalah lantainya terminal 1Narita. Dengan semangat kami membeli tiket bus menuju ke Tokyo Station. Apartemen pertama kami menuliskan Shinjuku-ku di alamatnya, ternyata tepatnya adalah di Ochaiminaminagasaki yang masih berstasiun-stasiun jauhnya dari JR Shinjuku Station. So... dari Tokyo Station kami mengikuti arus manusia mengejar kereta Yamanote menuju ke Shinjuku, dilanjut menyeret-nyeret koper ke Oedo-line. Keluar dari stasiun Ochaiminaminagasaki, dimulailah petualangan kami mencari-cari lokasi si apartemen. Ternyata... dia jauh! Ha! Tapi, bukannya istirahat, setelah mengamankan semua perintilan di dalam apartemen imut dan demi memenuhi itinerary ambisius, kami balik ke Shinjuku untuk mulai muter-muter. Sayangnya sampai di Shinjuku sudah terlalu malam dan sebagian besar toko sudah tutup, jadi aja kami benar-benar hanya muter-muter.
Hari kedua agenda kami adalah keliling Tokyo. Dimulai dari jalan-jalan pagi di Meiji-jingu, berburu sakura (dan cuma ketemu sama satu pohon) di Yoyogi-koen, jingkrak-jingkrak di depan kamera di gapura Takeshita-dori, terkagum-kagum sama Harajuku, ikut-ikutan nyebrang tengah hari bolong di Shibuya crossing, makan siang menjelang sore di Asakusa, naik-naik ke Tokyo Tower, sampai kena hujan badai di Akihabara. Itulah satu hari di Tokyo versi kami. Rasanya luar biasa seru!
Hari ke tiga, saatnya sejenak meninggalkan Tokyo, tujuannya Kawaguchiko. Dari Shinjuku express bus terminal kami naik bis menuju ke stasiun Kawaguchiko. Dalam perjalanan kurang lebih 2.5 jam itu gue ditemani oleh Goose House dan pemandangan pedesaan Jepang yang cantiiik banget. Bunga sakura yang tidak kami temukan di Yoyogi ada di mana-mana. Di halaman setiap rumah diantara bukit-bukit menuju ke Kawaguchiko. Sampai di stasiun Kawaguchiko, agenda kami adalah mencari letak hostel. Ternyata dari stasiun kami masih harus jalan kaki kurang lebih 1.5 Km, so jadilah kami geret-geret koper lagi ;D Setelah itu, sesuai rekomendasi penjaga hostel, kami makan siang di resto lokal yang menu utamanya mie yang lebih gede dari udon. Berbekal semangkuk besar super udon dengan toping pilihan masing-masing (gue pilih kabocha), kami melanjutkan perjalanan menuju danau Kawaguchiko menggunakan bis pariwisata yang berhenti di tempat-tempat tertentu. Danau Kawaguchiko adalah pemberhantian terakhir. Sebenernya penjaga hostel kami yang ramah menyarankan agar kami jalan menyusuri danau, tapi berhubung waktunya sempit jadi aja kami keliling naik bis ;p Setelah perut kenyang dan puas melihat-lihat pemandangan, tujuan kami berikutnya adalah nyobain pemandian tradisional Jepang. Yups! Onsen!
Hari ke empat, tujuan kami adalah Kyoto. Tapi sebelumnya kami mampir dulu ke Gotenba. Dari stasiun Kawaguchiko, ada bus khusus yang mengantar para pelancong ke Gotenba. Gotenba ini ternyata macam mall dengan sederetan brand mewah tapi tempatnya outdoor. Sementara orang-orang sibuk belanja, gue sibuk mencari McD :D dari Gotenba kami naik kereta ke Odawara lalu nyambung Shinkansen menuju ke Kyoto (akhirnya naik shinkansen juga).
Hari kelima kami buka dengan berjalan-jalan di Kyoto Imperial Palace. Enggak kayak Palace2 yang selama ini gue kunjungi yang dipenuhi pelancong yang sibuk foto di sana sini, Kyoto Imperial Palace ini tertib dan teratur banget jadi aja kami bisa menikmati nuansa kerajaannya hahaha dari Imperial Palace kami naik bis menuju Gion. Tujuan selanjutnya adalah Kiyomizudera. Sesampainya di Gion kami langsung disuguhi pemandangan orang-orang berkimono. Seeeemua orang pake kimono, menyusuri bangunan yang cantik-cantik di Gion. Rasanya kayak ikutan jadi pemain ekstra di film Memoirs of a Geisha. Ga mau kalah, kami mencari toko rental kimono deket-deket Kiyomizudera so sisa setengah hari kami habiskan dalam kostum kimono naik turun tangga kuil, masuk ke pasar-pasar ;p
Hari ke enam kami masih di Kyoto. Kali ini tujuannya Arashiyama, Kinkaku, dan Fushimi inari. Cita-cita awalnya ke Arashiyama pengen liat bambu, tapi kenyataannya yang kelihatan hanya orang-orang yang pose di bawah hutan bambu T.T tujuan kedua kami sebenarnya adalah Kinkaku Jin alias pavilion emas, sayangnya ada sedikit miskom yang membuat kami akhirnya terdampar di Ginkaku alias silver pavilion. Dari Ginkaku kami naik bis kereta ke Fushimi Inari. Senangnya, kami sampai di sana ga lama sebelum golden hour. Begitu melihat jajaran gerbang oranye kemerahan, gue langsung kepengen mempraktekan salah satu scene di Memoirs of a Geisha dimana Chiyo-chan lari-lari kegirangan. Tapi kenyataannya kami kena macet karena semua orang sibuk foto ;p
Hari ke tujuh, waktunya dadah-dadah sama Kyoto dan melambai-lambai sama Nara (padahal nantinya mesti balik sebentar ke Kyoto). Nara, mantan ibu kota Jepang ini ga kalah cantik sama Kyoto. Sama cantiknya namun dengan nuansa yang berbeda. Dari stasiun Nara kami naik bis ke Nara Koen, tujuannya liat kijang (kayak di Bogor ga ada aja) dan mengunjungi kuil Budha paling besar di Jepang. Shika, kijang dalam bahasa Jepang, di Nara ternyata makan biskuit dan peta. Peta Nara gue ikutan dikunyahnya saat kami kehabisan biskuit. Dari stasiun Nara kami balik ke Kyoto untuk lanjut ke Osaka. Akhirnya, menjelang matahari terbenam kami sudah keliling-keliling Osaka. Keluar masuk toko di Sinshaibashi, nonton konser di tepian sungai Aji, terus makan malam di Doutonbori. Osaka benar-benar luar biasa.
Sedikit tentang Osaka. Selain Tokyo, salah satu kota yang paling pengen gue kunjungi saat ke Jepang adalah Osaka. Kenapa? karena itu adalah kampung halamannya Misa Amane hahahahaha
Hari ke delapan, kami dedikasikan untuk seharian main di Universal Studio Japan. Berbekal express pass, kami dadah-dadah sama antrian panjang menuju Hogward Castle. Secara kebetulan, 7 bulan sebelumnya gue mampir di peron 9 3/4 nya Kings Cross. Selama menunggu antrian wahana di dalam Hogward Castle, pengunjung disuguhi 'diskusi' para pendiri Hogward di frame foto masing-masing. Sayangnya penyihir-penyihir itu ngomong pake bahasa Jepang jadi aja gue enggak ngerti. Setelah Hogward kami berpusing-pusing di USJ yang gueedee. Banyak wahana yang menarik di sini, tapi peminatnya juga enggak kalah banyak. Satu wahana bahkan ada yang antriannya 3 jam sendiri.
Hari ke sembilan, waktunya kembali ke Tokyo. Kali ini kami didampingi oleh local guide yang enggak local-local amat alias mahasiswa setempat ;p Kurang sebenernya, tapi di waktu yang sempit ini kami berhasil nyobain kaiten sushi, foto-foto sama Hachikou, (akhirnya) belanja oleh-oleh, dan nyebrang lagi di Shibuya crossing (kali ini malam hari yeaay).
Hari ke sepuluh... sayangnya tujuan kami hanya satu... terminal internasionalnya Haneda T.T
Travel-mate paling keren
Sepanjang karir traveling gue, travel-mate kali ini bisa dibilang paling keren. Bukan berarti teman-teman traveling gue sebelumnya kurang keren yah, jujur mereka semua keren-keren, tapi kali ini kami bertiga adalah orang-orang (sok) sibuk yang butuh liburan jadi ajaa hawanya liburan kemana-mana hahahaha. Kerennya kami bisa memenuhi 80% dari target itinerary dan hampir nyaris selalu sesuai jadwal. Walaupun pulang ke apartemen sambil menyeret-nyeret kaki, paginya kami selalu semangat berangkat lagi. We've been through a lot mulai dari kena hujan badai di Akihabara sampai diusir dari Shinkansen kelas paling tinggi yang ga dicover sama JR pass ;p. Tapi yang paling gue inget adalah jadwal tetap kami setiap malam mampir ke convinient strore untuk beli sarapan (roti plus susu).
Fangirl Bahagia
Bagaimana enggak bahagia kalau baru nyampe udah disuguhin senyum manisnya abang Ninomiya Kazunari (buat yang enggak tau, abang Nino ini membernya grup band Arashi), di pedesaan ketemu mesin penjual otomatis dengan mukanya mas ganteng Matsuyama Kenichi (Kenal donk, masa enggak kenal sama pemainnya L di Death Note ;p), dan menikmati kecepatan supernya Shinkansen sambil memandangi Fujiwara Tatsuya yang super cool (sebenernya dia jauh lebih keren pas jadi Light Yagami di film Death Note tapi kok yang kebanyang di otak gue muka unyu nya doi waktu jadi Fukase Kazuhisa di Reverse yah ;p). Enggak cuma disuguhi cowok-cowok ganteng di baliho segede gambreng, gue berhasil menyeret travel-mate untuk mengunggungi Tower Record di Shibuya. Toko CD yang terdiri dari 1 gedung ini benar-benar surga buat penikmat J-music.
So... itulah sedikit cerita selama kami berada di negri Sakura. Semakin diinget semakin kepengan balik ke sana lagi T.T
Hari kedua agenda kami adalah keliling Tokyo. Dimulai dari jalan-jalan pagi di Meiji-jingu, berburu sakura (dan cuma ketemu sama satu pohon) di Yoyogi-koen, jingkrak-jingkrak di depan kamera di gapura Takeshita-dori, terkagum-kagum sama Harajuku, ikut-ikutan nyebrang tengah hari bolong di Shibuya crossing, makan siang menjelang sore di Asakusa, naik-naik ke Tokyo Tower, sampai kena hujan badai di Akihabara. Itulah satu hari di Tokyo versi kami. Rasanya luar biasa seru!
Shibuya Crossing saat kosong
Hari ke tiga, saatnya sejenak meninggalkan Tokyo, tujuannya Kawaguchiko. Dari Shinjuku express bus terminal kami naik bis menuju ke stasiun Kawaguchiko. Dalam perjalanan kurang lebih 2.5 jam itu gue ditemani oleh Goose House dan pemandangan pedesaan Jepang yang cantiiik banget. Bunga sakura yang tidak kami temukan di Yoyogi ada di mana-mana. Di halaman setiap rumah diantara bukit-bukit menuju ke Kawaguchiko. Sampai di stasiun Kawaguchiko, agenda kami adalah mencari letak hostel. Ternyata dari stasiun kami masih harus jalan kaki kurang lebih 1.5 Km, so jadilah kami geret-geret koper lagi ;D Setelah itu, sesuai rekomendasi penjaga hostel, kami makan siang di resto lokal yang menu utamanya mie yang lebih gede dari udon. Berbekal semangkuk besar super udon dengan toping pilihan masing-masing (gue pilih kabocha), kami melanjutkan perjalanan menuju danau Kawaguchiko menggunakan bis pariwisata yang berhenti di tempat-tempat tertentu. Danau Kawaguchiko adalah pemberhantian terakhir. Sebenernya penjaga hostel kami yang ramah menyarankan agar kami jalan menyusuri danau, tapi berhubung waktunya sempit jadi aja kami keliling naik bis ;p Setelah perut kenyang dan puas melihat-lihat pemandangan, tujuan kami berikutnya adalah nyobain pemandian tradisional Jepang. Yups! Onsen!
Malem-malem di Kawaguchiko
Hari ke empat, tujuan kami adalah Kyoto. Tapi sebelumnya kami mampir dulu ke Gotenba. Dari stasiun Kawaguchiko, ada bus khusus yang mengantar para pelancong ke Gotenba. Gotenba ini ternyata macam mall dengan sederetan brand mewah tapi tempatnya outdoor. Sementara orang-orang sibuk belanja, gue sibuk mencari McD :D dari Gotenba kami naik kereta ke Odawara lalu nyambung Shinkansen menuju ke Kyoto (akhirnya naik shinkansen juga).
Hari kelima kami buka dengan berjalan-jalan di Kyoto Imperial Palace. Enggak kayak Palace2 yang selama ini gue kunjungi yang dipenuhi pelancong yang sibuk foto di sana sini, Kyoto Imperial Palace ini tertib dan teratur banget jadi aja kami bisa menikmati nuansa kerajaannya hahaha dari Imperial Palace kami naik bis menuju Gion. Tujuan selanjutnya adalah Kiyomizudera. Sesampainya di Gion kami langsung disuguhi pemandangan orang-orang berkimono. Seeeemua orang pake kimono, menyusuri bangunan yang cantik-cantik di Gion. Rasanya kayak ikutan jadi pemain ekstra di film Memoirs of a Geisha. Ga mau kalah, kami mencari toko rental kimono deket-deket Kiyomizudera so sisa setengah hari kami habiskan dalam kostum kimono naik turun tangga kuil, masuk ke pasar-pasar ;p
Kesibukan di salah satu sudut Gion
Hari ke enam kami masih di Kyoto. Kali ini tujuannya Arashiyama, Kinkaku, dan Fushimi inari. Cita-cita awalnya ke Arashiyama pengen liat bambu, tapi kenyataannya yang kelihatan hanya orang-orang yang pose di bawah hutan bambu T.T tujuan kedua kami sebenarnya adalah Kinkaku Jin alias pavilion emas, sayangnya ada sedikit miskom yang membuat kami akhirnya terdampar di Ginkaku alias silver pavilion. Dari Ginkaku kami naik bis kereta ke Fushimi Inari. Senangnya, kami sampai di sana ga lama sebelum golden hour. Begitu melihat jajaran gerbang oranye kemerahan, gue langsung kepengen mempraktekan salah satu scene di Memoirs of a Geisha dimana Chiyo-chan lari-lari kegirangan. Tapi kenyataannya kami kena macet karena semua orang sibuk foto ;p
Hari ke tujuh, waktunya dadah-dadah sama Kyoto dan melambai-lambai sama Nara (padahal nantinya mesti balik sebentar ke Kyoto). Nara, mantan ibu kota Jepang ini ga kalah cantik sama Kyoto. Sama cantiknya namun dengan nuansa yang berbeda. Dari stasiun Nara kami naik bis ke Nara Koen, tujuannya liat kijang (kayak di Bogor ga ada aja) dan mengunjungi kuil Budha paling besar di Jepang. Shika, kijang dalam bahasa Jepang, di Nara ternyata makan biskuit dan peta. Peta Nara gue ikutan dikunyahnya saat kami kehabisan biskuit. Dari stasiun Nara kami balik ke Kyoto untuk lanjut ke Osaka. Akhirnya, menjelang matahari terbenam kami sudah keliling-keliling Osaka. Keluar masuk toko di Sinshaibashi, nonton konser di tepian sungai Aji, terus makan malam di Doutonbori. Osaka benar-benar luar biasa.
Sedikit tentang Osaka. Selain Tokyo, salah satu kota yang paling pengen gue kunjungi saat ke Jepang adalah Osaka. Kenapa? karena itu adalah kampung halamannya Misa Amane hahahahaha
Osaka dari jendela apartemen
Hari ke delapan, kami dedikasikan untuk seharian main di Universal Studio Japan. Berbekal express pass, kami dadah-dadah sama antrian panjang menuju Hogward Castle. Secara kebetulan, 7 bulan sebelumnya gue mampir di peron 9 3/4 nya Kings Cross. Selama menunggu antrian wahana di dalam Hogward Castle, pengunjung disuguhi 'diskusi' para pendiri Hogward di frame foto masing-masing. Sayangnya penyihir-penyihir itu ngomong pake bahasa Jepang jadi aja gue enggak ngerti. Setelah Hogward kami berpusing-pusing di USJ yang gueedee. Banyak wahana yang menarik di sini, tapi peminatnya juga enggak kalah banyak. Satu wahana bahkan ada yang antriannya 3 jam sendiri.
Akhirnya sampe ke Hogward castle
Hari ke sembilan, waktunya kembali ke Tokyo. Kali ini kami didampingi oleh local guide yang enggak local-local amat alias mahasiswa setempat ;p Kurang sebenernya, tapi di waktu yang sempit ini kami berhasil nyobain kaiten sushi, foto-foto sama Hachikou, (akhirnya) belanja oleh-oleh, dan nyebrang lagi di Shibuya crossing (kali ini malam hari yeaay).
Hari ke sepuluh... sayangnya tujuan kami hanya satu... terminal internasionalnya Haneda T.T
Travel-mate paling keren
Sepanjang karir traveling gue, travel-mate kali ini bisa dibilang paling keren. Bukan berarti teman-teman traveling gue sebelumnya kurang keren yah, jujur mereka semua keren-keren, tapi kali ini kami bertiga adalah orang-orang (sok) sibuk yang butuh liburan jadi ajaa hawanya liburan kemana-mana hahahaha. Kerennya kami bisa memenuhi 80% dari target itinerary dan hampir nyaris selalu sesuai jadwal. Walaupun pulang ke apartemen sambil menyeret-nyeret kaki, paginya kami selalu semangat berangkat lagi. We've been through a lot mulai dari kena hujan badai di Akihabara sampai diusir dari Shinkansen kelas paling tinggi yang ga dicover sama JR pass ;p. Tapi yang paling gue inget adalah jadwal tetap kami setiap malam mampir ke convinient strore untuk beli sarapan (roti plus susu).
Fangirl Bahagia
Bagaimana enggak bahagia kalau baru nyampe udah disuguhin senyum manisnya abang Ninomiya Kazunari (buat yang enggak tau, abang Nino ini membernya grup band Arashi), di pedesaan ketemu mesin penjual otomatis dengan mukanya mas ganteng Matsuyama Kenichi (Kenal donk, masa enggak kenal sama pemainnya L di Death Note ;p), dan menikmati kecepatan supernya Shinkansen sambil memandangi Fujiwara Tatsuya yang super cool (sebenernya dia jauh lebih keren pas jadi Light Yagami di film Death Note tapi kok yang kebanyang di otak gue muka unyu nya doi waktu jadi Fukase Kazuhisa di Reverse yah ;p). Enggak cuma disuguhi cowok-cowok ganteng di baliho segede gambreng, gue berhasil menyeret travel-mate untuk mengunggungi Tower Record di Shibuya. Toko CD yang terdiri dari 1 gedung ini benar-benar surga buat penikmat J-music.
Mukanya abang Nino di atas keramaian Osaka
So... itulah sedikit cerita selama kami berada di negri Sakura. Semakin diinget semakin kepengan balik ke sana lagi T.T
Comments
Post a Comment