Pekanbaru on Second Thought
Perjalanan dinas gw yang terakhir tahun lalu dan yang pertama tahun ini ternyata jatuh pada kota Pekanbaru. Kota ini boleh disebut sebagai satu-satunya lokasi di Pulau sebrang yang sudah pernah gw injak (soalnya belum pernah ke lokasi lain di Pulau Sumatera ini). hm... apa yang bisa gw ceritakan tentang kota ini setelah kunjungan kedua...
Pertama kali menginjakan kaki di Pekanbaru, tepatnya pertengahan November tahun lalu, untuk menghadiri sebuah seminar. Namanya juga ikutan seminar, tanpa embel-embel tugas lain, tentu aja banyak main-mainnya. Gw dengan rekan sepusat yang kebetulan cewek juga ikutan acara jalan-jalan grup pusat lain yang kebetulan cowok-cowok. Jadi aja kita berpusing-pusing di Pekanbaru dan berakhir dengan makan durian di salah satu kedai. Waktu itu tentu aja cuma sekilas kenalan sama kota yang (menurut salah satu supir taksi yang kami tumpangi) mendapat julukan kota Seribu Ruko.
pertama kalinya makan duren di Pekanbaru
Kedua kalinya bertandang ke kota ini bukan lagi untuk urusan seminar tapi prasurvei. Nah, pastinya lebih banyak kerja dari pada main-mainnya. Tugas kami adalah mencari data sekunder sekaligus merencanakan rute survei utama, berbekal beberapa titik sampel untuk diplot. Yang sedikit menghebohkan sekaligus membuat gw terbengong-bengong, saat kami datang ke sana kota ini sedang dilanda kekurangan BBM. kok bisa ya kota yang notabene terletak di provinsi yang kaya minyak malah kekurangan BBM?
Setelah dua kali kunjungan, gw mulai lebih mengenal kota ini. Yang khas dari arsitektur bagunan di Kota Pekanbaru adalah setiap gedung dibangun dengan mengikut sertakan unsur rumah adat mereka, hal ini membuat bangunan-bangunan di sana terkesan mewah dan anggun. Di kota ini juga terdapat perpustakaan yang megah yang konon dapat menampung sampai 5000 pengunjung. Selain gedung-gedung pemerintahan dan fasilitas publik, kota ini didominasi oleh ruko jadi tidak salah jika kota ini mendapat julukan kota seribu ruko. Untuk wisata kulinernya yang terkenal di kota ini (selain durian) adalah sup ikan patin. Tapi gw juga sempat mencoba es campur di taman kota dan tumis pucuk pakis yang yummy :D Ada juga bolu Kemojo yang jadi oleh-oleh khas Riau. Tapi buat yang tidak suka makanan manis, tidak dianjurkan mencoba hehehe
Bagian belakang gedung perpustakaan Riau
Untuk transportasi di kota Pekanbaru, tidak dianjurkan naik angkot! sebagai pengguna setia jasa angkot, gw dibuat pusing dengan angkot-angkot yang berseliwean di kota Pekanbaru. Angkutan kota tanpa nomer dan hanya ditandai dari warna-warnanya ini sangat sepertinya tidak punya trayek tetap. Jadi siap-siap dibawa pusing-pusing ke tempat asing. Satu dua kali mungkin menyenangkan, tapi setelah berkali-kali diputar-putar angkot disiang bolong, gw cukup kapok :D Taksi-taksi di kota ini juga sebagian besar tidak menggunakan argo dan langsung tembak. Kalo berminat berkeliling kota tanpa mobil sewaan sebaiknya mencoba Trans Pekanbaru yang jalurnya lebih pasti.
So, itulah sedikit pengalaman gw bersama kota Pekanbaru. Entah kapan lagi gw bisa kembali ke kota ini (enggak berharap dalam waktu dekat juga sih :p )
Comments
Post a Comment