Get Lost in Bali


Awal tahun ini saat menghabiskan waktu hari sabtu menggalau sebagai adik-adik durhaka dengan salah satu sahabat dekat, kami merencanakan liburan ke Bali. Waktu itu kita berencana mengunjungi salah satu teman yang berdomisili disana sekitar akhir tahun ini. Nah, saat rencana itu belum sempat terealisasikan, suatu siang gw malah menemukan surat tugas dengan tujuan BALI. Dengan kebingungan tingkat tinggi karena baik PJ kegiatan bersangkutan maupun ketua tim juga bingung apa yang harus dilakukan, maka berangkatlah gw (beserta tim) ke pulau dewata.


Ini bukan kali pertamanya gw pergi ke Bali. Yang pertama bareng-bareng karyawisata SMA, yang kedua iseng-iseng aja ikutan Nyokap, nah ini yang ketiga kalinya. Sebenernya sih pengen banget pergi ke tempat-tempat yang sama sekali belum pernah gw datengin, ke perkebunan anggur di Bali Utara atau ngeliat lumba-lumba di Lovina (ya kalee). Tapi berhubung ini bukan liburan, yah sudah mari kita bertugas.

Perjalanan gw ke Bali kali ini emang tidak biasa, gw bener-bener menyasarkan diri di Bali. Tim kami nyasar saat mencari beberapa instansi pemerintah yang harus didatangi demi mencari data. Ternyata sebagian driver di Bali yang notabene jarang "bermain-main" ke pusat pemerintahan enggak hapal lokasi instansi pemerintah, jadi aja kami 7 kali mengitari monumen perjuangan masyarakat Bali dan Bapeda yang terletak di Renon hanya untuk menemukan kantor gubernur. Dan kami dibuat berputar-putar Denpasar demi mencari salah satu bidang yang memegang data yang kami butuhkan. Baru kali ini gw bener-bener jalan-jalan di kota Denpasar ;p


Berada di Bali rasanya seperti berada di tempat yang bukan Indonesia. Saat melihat patung-patung megah di halaman Bapeda, gw langsung teringat akan Thailand dan saat bermain-main ke mall Galeria gw merasa ada di Singapura (Padahal gw sama sekali belum pernah keluar dari Indonesia :)) ) Saat menengok pantai Padang-padang yang tersembunyi di balik bebatuan, main-main air di Tanjung Benoa, berada di keramaian Tanah Lot, menikmati dinginnya angin Bedugul atau kesunyian Pura Batuan, rasanya seolah menjadi minoritas di negri sendiri. Bercampur dengan orang-orang asing dengan bahasa yang berbeda. Tapi justru ada keramahan-keramahan kecil yang membuat nyaman. Saat berbagi senyuman dengan pasangan korea di atas speed sebelum diterbangkan flying fish, kakek Italia yang meminta foto bersama berlatar pure Bedugul, dari gadis Jepang yang mengulurkan tangan saat gw terjatuh di tangga Pura Batuan atau tertawa bersama para peneliti kesehatan dari Australia sambil mengamati luak-luak di kandang perkebunan.


Hal yang paling gw nikmati dari perjalanan kali ini adalah rasa tersesat, bingung, enggak tau apa yang harus dilakukan dan berbagai kebodohan lainnya. Menyusuri pasar Sukowati demi mencari titipan salah satu senior, bukan masuk ke dalam gedung pasar yang ramai, gw memilih untuk menyusuri jalanan di luar pasar sampai ke galeri-galeri di sekitarnya. Nekat main playing fish tanpa bawa baju ganti, yang akhinya membuat gw harus menyusuri jalanan Tanjung Benoa dalam bentukan basah kuyup demi sepasang celana panjang dan kaus.


After all, ini adalah salah satu perjalanan yang paling menyenangkan. Walau setiap pulang ke hotel gw (dan mungkin sang ketua tim) harus begadang mengerjakan pekerjaan kantor sampe tengah malam, tapi selalu semangat saat keesokan harinya bertemu belih Komang untuk pergi ke tempat selanjutnya. Windy Ariestanty dalam bukunya Life Traveler berkata, " Kadang, kita menemukan rumah justru di tempat yang jauh dari rumah itu sendiri". Yah, gw menemukannya dalam perjalanan kali ini, di sela-sela ketersesatan dan berbagai kebodohan, diantara deburan ombak laut, taburan bintang di langit Jimbaran dalam beberapa baris kata di layar telepon pintar :)

Comments

Popular Posts