By the river I sat and...
... and... taking photograph of course
Tujuan survei terakhir gw tahun ini adalah Kalimantan Selatan, tepatnya Banjarmasin dan sekitarnya. Apa yang bisa ditemui di sana? banyak hal tentu saja mulai dari ikan saluang, nasi campur, ketupat kandangan sampe kain karawang. Tapi yang paling menarik perhatian adalah pasar terapungnya. Orang-orang Banjar sendiri menyebut daerahnya sebagai negri seribu sungai, karena emang di sana banyak sekali sungai. Mengalir ke sana sini dari yang kecil macam saluran irigasi sampe yang lebaaar kaya liat miniatur lautan.
Ternyata ada lebih dari satu lokasi pasar Terapung di sekitar Banjarmasin. Pasar terapung pertama yang gw datangi berlokasi di sekitar Kuin. Kebetulan hotel tempat tim kami pertama kali mengidap menyediakan paket wisata pasar terapung. Dengan mobil yang disediakan hotel, kami berangkat menuju pasar terapung dari pelabuhan Trisakti. Dengan memakan waktu sekitar 30 menit kami sampai di pasar terapung Kuin, lepas subuh dan masih gelap gulita. Setelah menunggu beberapa saat kapa-kapal lain mulai berdatangan. Tapi... ternyata eh ternyata sebagian besar kapal itu berisi turis seperti kami ini. Jadi aja akan susah mencari pedagang untuk membeli sesuatu apa lagi dijadikan objek foto (sedihnya...)
Beberapa hari kemudian, tim kami yang sedang makan malam di satu-satunya mall di kota itu mampir ke pameran foto yang diadakan oleh komunitas fotografi lokal. Nah, dari sana kami mendapat informasi kalo kami salah pasar. Pasar terapung Kuin ternyata sudah lama sepi, yang lebih ramai berlokasi di Lok Baintan.
Terdorong oleh entah rasa penasaran, atau emang gw dan mba senior rekan satu tim emang suka jalan-jalan, kami memutuskan untuk pergi ke Lok Baintan. Ternyata jalannya lebih jauh, butuh waktu sekitar 1 jam dari bawah jembatan tempat kami naik perahu klotok (lupa nama jembatannya) untuk sampai ke Lok Baintan. Kami berangkat lepas subuh, masih gelap, menaiki perahu klotok yang mampu menampung 20an orang dan pagi itu hanya diisi 3 orang saja yaitu gw, mba senior dan pak Slamet sang nahkoda klotok.
And... it's worthed! Bener kata orang-orang, Lok Baintan begitu ramai dengan para pedagang yang menjajahkan barang di atas perahu. Mereka datang entah dari mana lalu berkumpul dan saling bertukar barang dagangan. Ada juga wisatawan-wisatawan yang datang ke sana, tapi tidak seramai di Kuin. Malah di Lok baintan mayoritas wisatawan yang datang ya sama seperti kami berdua, agak-agak maniak fotografi. Saking asiknya jepret sana sini sampai matahari benar-benar terbit, kami lupa cita-cita awal (selain hunting foto) untuk beli jeruk Banjar. Yang ada kami pulang membawa beberapa buah kecapi asli beli di pasar terapung. Plus kami juga dapet tur menyusuri sungai Barito sebelum diturunkan di pelabuhan deket hotel. Rasanya kayak gladiresik buat wisata sungai kalo tur ke Eropa kapan-kapan nanti (amiiiin ya Allah) ^.^v
Tujuan survei terakhir gw tahun ini adalah Kalimantan Selatan, tepatnya Banjarmasin dan sekitarnya. Apa yang bisa ditemui di sana? banyak hal tentu saja mulai dari ikan saluang, nasi campur, ketupat kandangan sampe kain karawang. Tapi yang paling menarik perhatian adalah pasar terapungnya. Orang-orang Banjar sendiri menyebut daerahnya sebagai negri seribu sungai, karena emang di sana banyak sekali sungai. Mengalir ke sana sini dari yang kecil macam saluran irigasi sampe yang lebaaar kaya liat miniatur lautan.
Ternyata ada lebih dari satu lokasi pasar Terapung di sekitar Banjarmasin. Pasar terapung pertama yang gw datangi berlokasi di sekitar Kuin. Kebetulan hotel tempat tim kami pertama kali mengidap menyediakan paket wisata pasar terapung. Dengan mobil yang disediakan hotel, kami berangkat menuju pasar terapung dari pelabuhan Trisakti. Dengan memakan waktu sekitar 30 menit kami sampai di pasar terapung Kuin, lepas subuh dan masih gelap gulita. Setelah menunggu beberapa saat kapa-kapal lain mulai berdatangan. Tapi... ternyata eh ternyata sebagian besar kapal itu berisi turis seperti kami ini. Jadi aja akan susah mencari pedagang untuk membeli sesuatu apa lagi dijadikan objek foto (sedihnya...)
Beberapa hari kemudian, tim kami yang sedang makan malam di satu-satunya mall di kota itu mampir ke pameran foto yang diadakan oleh komunitas fotografi lokal. Nah, dari sana kami mendapat informasi kalo kami salah pasar. Pasar terapung Kuin ternyata sudah lama sepi, yang lebih ramai berlokasi di Lok Baintan.
Terdorong oleh entah rasa penasaran, atau emang gw dan mba senior rekan satu tim emang suka jalan-jalan, kami memutuskan untuk pergi ke Lok Baintan. Ternyata jalannya lebih jauh, butuh waktu sekitar 1 jam dari bawah jembatan tempat kami naik perahu klotok (lupa nama jembatannya) untuk sampai ke Lok Baintan. Kami berangkat lepas subuh, masih gelap, menaiki perahu klotok yang mampu menampung 20an orang dan pagi itu hanya diisi 3 orang saja yaitu gw, mba senior dan pak Slamet sang nahkoda klotok.
And... it's worthed! Bener kata orang-orang, Lok Baintan begitu ramai dengan para pedagang yang menjajahkan barang di atas perahu. Mereka datang entah dari mana lalu berkumpul dan saling bertukar barang dagangan. Ada juga wisatawan-wisatawan yang datang ke sana, tapi tidak seramai di Kuin. Malah di Lok baintan mayoritas wisatawan yang datang ya sama seperti kami berdua, agak-agak maniak fotografi. Saking asiknya jepret sana sini sampai matahari benar-benar terbit, kami lupa cita-cita awal (selain hunting foto) untuk beli jeruk Banjar. Yang ada kami pulang membawa beberapa buah kecapi asli beli di pasar terapung. Plus kami juga dapet tur menyusuri sungai Barito sebelum diturunkan di pelabuhan deket hotel. Rasanya kayak gladiresik buat wisata sungai kalo tur ke Eropa kapan-kapan nanti (amiiiin ya Allah) ^.^v
Comments
Post a Comment