Runaway
Tidak ada yang tau mengapa kamu duduk di atas karang di pantai itu siang itu. Tidak teman-teman satu tim mu, tidak juga dirimu sendiri. Kamu hanya duduk diam menikmati suara deburan ombak yang menghantam kerikil diatas pasir. Tidak peduli dimanapun pantainya, apapun warna pasirnya, suara ombak selalu sama. Pantai itu bukan tipe pantai kesukaan mu yang berpasir putih dan ramai oleh kerang-kerangan serta kulit molusca. Pantai itu terlalu sunyi, airnya terlalu jernih dan pasirnya terlalu hitam. Kamu tidak menginginkannya, tapi kamu sedang membutuhkannya. Kesunyian sejenak ditengah hiruk pikuk kendaraan, serangan pertanyaan dan argumen yang beberapa hari ini menjadi menu makan siangmu.
Biasanya kamu akan menjerit histeris setiap kali melihat air laut. Tidak perlu berpikir dua kali untuk melemparkan alas kaki dan membiarkan alunan ombak menggelitik jemarimu. Tapi tidak siang ini. Kamu bahkan tidak membiarkan air asin menyentuh ujung sneakres putih mu. Kamu membatu seperti karang yang tengah kau duduki. Hanya jemarimu yang menari kian kemari diatas qwerty keyboard telepon pintarmu yang dengan ajaibnya masih mendapat sinyal. Sejenak kamu terdiam dan menatap layar, membaca ulang susunan kata-kata yang melompat begitu saja dari kepala, "Hey! I'm lost in this unknown beach somewhere between Almapura dan Singaraja. If I couldn't find a way home, at least someone out there will know where I've been"
Kamu menarik nafas panjang, mengangkat wajah dan menatap batas cakrawala dimana langit dan laut bertemu. Satu jari mu menggantung diantara dua tombol sementara perasaan dan logika mu berperang dengan hebatnya. Pada akhirnya alih-alih terbang melintasi samudera, kata-kata itu hilang tak bersisa. Sayup-sayup Runaway milik grup band favoritmu asal Irlandia mengalun mengiringi deburan ombak. Dia tidak akan pernah tau kamu pernah tersesat di tempat itu. Dan dia tidak akan pernah tau kamu memikirkannya saat itu.
Comments
Post a Comment