Ternyata Remang-remang



"Sudah pernah ke Kendari?" tanya mba yang duduk di samping gue di pesawat dari Makasar.
Gue yang saat itu masih mengumpulkan nyawa menjawab, "Belum"
" SEPI!" kata si mba lalu kembali asik mengobrol dengan ibunya yang duduk di sebelahnya meninggalkan gue yang masih loading karena masih setengah tidur.

Well... saat mendarat dan menghabiskan waktu seharian gue langsung setuju sama si mba di pesawat. Entah karena lokasi hotel kami atau kota Kendari memang relatif sepi. Ini merupakan dinas luar ke 4 sepanjang sejara berada di pusat baru. Beda banget rasanya ke daerah untuk koordinasi dan bimbingan teknis sama ke daerah untuk survei. Pertama, saat ke daerah untuk survei rasanya kami rugi bayar hotel soalnya cuman dipake untuk tidur yang biasanya ga lebih dari 5 jam. Sedangkan kalo untuk bimtek well... hotelnya yang rugi karena kami seharian berkegiatan di sana :)). Kedua, namanya juga survei ya pasti enggak bakal berkutat di tengah kota doang. Pastinya blusukan sampe tempat yang kayaknya enggak pernah ditemuin sama penulis-penulis traveling sekalipun. Kalo bimtek yah... pasinya berkutat di jalur airport-hotel :D

Lokasi bimtek kali ini di Kendari, hotel kami tepatnya di tepian teluk Kendari. Enggak ada pantainya karena teluk Kendari ini perairannya tenang banget jadinya tepiannya ditumbuhi banyak mangrove. Kalo mau ketemu pantai harus jalan sedikit lebih jauh, sekitar 1/2 jam sampai 1 jam. Menurut bapak supir dan bapak satpam hotel selasar depan hotel ramai kalo malam karena banyak warung tenda karena itu tim kami enggak kebingungan mikirin bagaimana mencari makan malam. 

Malam pertama kami makan coto makasar tepat di depan hotel. Sore hari ke 2 gue dan beberapa temen berjalan-jalan di selasar tepian mangrove. Kami foto-foto sekadarnya sambil mengamati warung-warung yang lagi siap-siap. Waktu makan malam kami memutuskan untuk mencari tempat makan yang sedikit lebih jauh dengan harapan menemukan variasi makanan lain. Ternyata si warung-warung yang tadi sore disiapin itu bukan warung biasa. Itu semacam tempat karoke dengan lampu remang-remang warna-warni dan layar proyektor segede sentrongan ruang rapat plus musik dari band masa kini yang lagunya enggak gue kenal sama sekali. Si Pakabid dengan polosnya nyeletuk, " Kalo gelap gini gimana makannya? emang ketauan kita makan apa?" 

Sambil ngakak-ngakak kami akhirnya kembali ke warung coto Makasar yang terang benderang dan jelas apa yang kami masukan ke dalam mulut :D

Comments

Popular Posts