My Brother and His Dream (part 3), Rempongnya Kota Tua




because every photographer need a model like a writer need a reader


"Wake up everyone!! I have a stupid appointment at 10!"
jam 1/2 7 pagi ade gw dah menggedor2 pintu kamar orang2, hari itu dia memang janjian dengan sahabatnya untuk pemotretan di Kota Tua sekalian menjajal lensa barunya. berkat tumpangan ortu gw yang seperti biasa berolahraga di kampus setiap minggu pagi, gw dan ade gw tiba di kampus jam 9 teng! emang masih terlalu pagi 1/2 jam dari jadwal keberangkatan kereta ekspres yang rencananya akan kami naiki.

Setelah sarapan dan sedikit jalan2 menikmati kampus kami yang setiap hari minggu jadi milik umum, tibalah kami di stasiun dan membeli tiket. ternyata sahabatnya ade gw belum menunjukan diri. "biasa deh si Indie, ngaret mulu, asal kita jangan ketinggalan kereta aja." gerutu ade gw. haha! ternyata perkiraannya bener! gara2 si mahluk satu itu belum muncul juga, jadi aja kami ketinggalan kereta. untungnya kereta selanjutnya hanya berselang 40 menitan.

Kalo ade gw punya mimpi sebagai fashion photographer, maka sahabatnya ini punya mimpi jadi model. cocok sekalilah mereka berdua. dan hari ini si mahluk udah mantap dengan persiapan totalnya. sambil menunggu kereta mereka berdua mendiskusikan pose yang akan diambil dengan referensi sebuah majalah remaja. tiba-tiba ade gw mengomentari salah satu pose di majalan, "ntar lo gw foto kayak gini die, gw foto dari bawah, lo pake celana kan?". ternyata bapak2 penjual tisue yang dari tadi bolak balik di depan kami mendengarnya dan ketawa shock. jadi aja gw ikutan ketawa ngakak.

Here come the Jalita train (my fav train of all)... terselamatkanlah kami

Kota Tua hari ini. alamakjan... entah apa yang sedang terjadi, mendadak semua orang seperti tumpah ruah di sana. "WOW!" cuma itu yang keluar dari mulut gw. enggak cuma orang-orang lain yang juga datang untuk sesi pemotretan masing2, tapi Kota Tua juga berubah jadi lautan anak-anak ABG yang sibuk foto2 dengan handphone mereka.
"Yaaah... penuh banget! kita mau foto dimana?" ade gw dan Indie dah keburu kecewa ngeliat keramaian ini.

Akhirnya Indie nemu usulan tempat yang cocok, sebuah gedung tua di dekat Museum Wayang. begitu masuk ke gedung itu, aura2 nya emang udah enggak enak. tiba-tiba aja kami disapa sama 'penunggu' gedung, "ijin sama siapa kalian? kalian tau enggak tarif gedung ini 1 jam nya berapa?". dengan polosnya kami kompak menjawab,"enggak pak." si bapak dengan sewot menjawab,"50 ribu." WHAT?! 50 rebu 1 jam buat gedung tua kosong?! sori2 maap yah, tarip masuk museum yang banyak benda2 bersejarahnya aja cuma 2000/orang. langsung aja gw tarik dua bocah itu menjauh.

Setelah muter2 mencoba mencari sepetak lahan kosong untuk mengambil foto (halah lebay), sampe sempet kepikiran untuk mencari lokasi lain, akhirnya kami menemukan satu koridor jalan yang cukup sepi namun masih memiliki nuansa Kota Tua. Dan mereka bedua pun akhirnya bisa menyalurkan bakat masing2 walau dengan kondisi minimal. Tapi hasilnya tetep bagus kok, soalnya baik ade gw maupun modelnya bener2 sepenuh hati melakukan pemotretan ini.

Next destination: Taman Prasasti

Comments

Post a Comment

Popular Posts